Menunggu sebuah sinyal
Berulang kali kupaksakan untuk duduk tenang, menghadap ke layar monitor.
Tapi apa yang kukerjakan?
Bingung?!
Pantang untuk seorang aku! - sombong sekali yah!
Sudah 3 tahun aku duduk di sini.
Dari saat pagi masih baru turun, hingga kurasa senja sudah menjemput
Pikiranku begitu terbebani oleh sejumlah mimpi yang berusaha mendesak ingin diwujudkan sesegera mungkin.
Kuhela nafas, mencoba mencari setitik relaksasi.
Kembali pikiranku melayang pada minggu sore kemarin, saat seorang kawan menelpon dan bercerita bahwa selama ini penyakit yang dideritanya "dibuat" oleh beberapa orang. Biasanya aku dan temanku sering berbagi tawa, kali ini aku tercekat. Tak sepatah katapun yang keluar dari mulutku, hingga suara temanku mengagetkanku "Vre, elu masih di situ kan?" Oh he eh..masih masih, trus trus gimana?"
Meluncurlah cerita yang kemudian membuat aku sempat susah tidur di malam hari.
Atas keberhasilan yang dicapai oleh temanku, beberapa orang tidak suka. Lalu entah bagaimana apes, sial, petaka jadi teman baik temanku.
Syahdan, padahal ..padahal...padahal..
Aku boleh membela temanku yang menurutku baik, naif, lurus atau apa sajalah.
Namun semua itu membentuk sebuah relativitas yang mengundang perdebatan.
Aku masih duduk di depan komputer. Mataku sudah perih.
Kata orang sabar adalah jawaban setiap permasalahan di dunia ini.
Kemarin sudah kutantang berbagai masalah dan jalan keluarnya tiba - tiba muncul.
Aku sedikit lega, walau tetap saja masalah baru datang atau masalah lama tiba - tiba jadi baru (?!!)
Seperti biasa, ramuan penghilang masalah cuma satu
Kalau sedih ya tinggal nangis,
Kalau happy ya tinggal senyum,
Dan sekarang, masih di bangku yang sama, aku menunggu sebuah sinyal..
Apakah aku akan menangis, atau tersenyum???
Ya, aku masih menunggu sebuah sinyal
~kruger~
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home