Aku tak mungkin berlari...Kau adalah bayanganku
BELUM SELESAI...internetnya Nge**k...jadi mesti buru - buru...
dedicated to my Smashing Pumpkins Cover Vocal (so vague huh? ..sengaja!!!)
Di sebuah koridor, lelaki berambut merah melangkahkan kakinya dengan ragu – ragu. “Apakah ini pilihanku?” ia bertanya dalam hati. Pandangannya menebar ke segala penjuru koridor. Tampak tiga perempuan bercakap – cakap dengan seru. Tiga perempuan. Satu berambut pendek, satu berambut sebahu dan yang satunya hampir sebahu rambutnya
Dengan perasaan gundah, ia duduk dekat tiga perempuan itu.
”Hai, kamu anak baru yah?” tanya si rambut pendek
”oh enggak juga, saya cuma gak ikut briefing” jawab si rambut merah
”Bukunya bagus!” ucap si rambut sebahu sambil meraih buku di genggaman rambut merah.
”Hmm terima kasih...” rambut merah
”Suka Smashing Pumpkins?” tanya si rambut pendek.
”Ya, tahu” jawab rambut merah.
Hmm perempuan ini tidak tahu kalau aku adalah vokalis dari band yang selalu membawakan lagu – lagu dahsyat dari Smashing Pumpkins” rambut merah membatin dalam hati.
”Tau lagunya 1979?” Keren yah video klipnya?” lontar si rambut pendek sambil meraih buku rambut merah dari si rambut sebahu.
”Eh nama kamu siapa?” tanya si rambut pendek.
”Yans...” jawab si rambut merah. Wah ternyata si rambut pendek cerewet juga yah.
Tanpa ditanya si rambut pendek berkata ”Namaku Fray”
Ooh.....si rambut merah hanya menanggapi dengan singkat.
KRINGGGGGGG
”Yah bunyi bel!” Yuk masuk kelas yuk” ajak si rambut pendek. Kedua perempuan yang lainnya mengikuti Fray. Mereka berlarian seperti seperti nyiur yang tertiup angin kencang. Yans masih duduk di bangku koridor memasukkan bukunya ke dalam tas.
Sementara kedua temannya berlari, Fray tiba – tiba berhenti dan berteriak, ”Yansss ayo masuk kelas”
”Ya ..ya ..” Yans berlari mengejar Fray.
Fray memandang Yans yang sudah berada di sampingnya. Mata mereka berdua tertumbuk satu sama lainnya. Fray lalu membuang pandangan matanya. Tanpa kata mereka berjalan beriringinan memasuki kelas.
Fray dan Yans duduk berdampingan. Sesekali mata fray melirik Yans dan lalu membuang pandangan saat Yans membalas pandangannya. Entah apa yang dipikirkan Fray.
Dosen mulai membuka kuliah.
Yans mulai gelisah. Beberapakali ia memandang jendela.
Suara dosen lambat laun terasa seperti suara bising, tak terdengar jelas. Ruangan kelas seperti tiba – tiba mengecil, seakan – akan menghimpit
Yans akhirnya menunduk.
”Hey, kamu diabsen tuh, kok diem aja sih? Fray menyikut Yans
”Oh..ya...ugh..ya ada”
Suara tawa pecah di kelas, seiring jawaban terlontar dari Yans.
”Kamu melamun yah?” hardik Dosen
”Enggak pak..maaf, tadi saya lagi baca”
”Baca apa kamu?” Memangnya sudah mulai disuruh baca?”
Yans hanya bengong, tidak menjawab apa – apa selain bertanya dalam hati. ”Apakah ini pilihanku?...
Sore Hari Sabtu. Fray berbaring di kasur. Tanggannya mulai lincah menggambarkan sejuta imaji di pikirannya. Ditemani lagu The Doors.
Seperti biasa Fray melakukan pembicaraan satu arah dengan dirinya.
Hmmm..sepi sekali hari ini. Aku hanya ditemani suara mister Jim dan pinsil – pinsil berwarna perantara imajiku. Aku ingin menari di langit ke tujuh.Imaji Fray mulai menari – nari. Fray mulai membayangkan apa yang akan dilakukannya di langit ke tujuh.
”Fray..........Fray.........Fray” Suara kencang dari bawah tangga membuyarkan imaji Fray.
”Ya Ma...”
”Ada Telepon!”
”Siapa Ma”
”Yans”
”Yans?....apa???? Yans?” Dengan perasaan tak percaya, Fray menuruni anak tangga satu persatu.
”Hallo...”
”Hai Fray”
”Hai...ini Yans?”
“Iya”
“Ya, ada apa Yans? Fray mulai menyenderkan kepalanya ke bangku. Dadanya berdegup kencang. Entah karena apa. Mungkin karena tadi jantungnya diajak berlari menuruni tangga. Atau mungkin....
”Enggak ada apa – apa”
”Maksudnya?”
”ehmmm..Eh kapan sih acara mampras di Puncak”
”Oh itu, tanggal 29 September, kamu ikut kan?”
”Hmm gak tau yah, aku kayaknya manggung”
”Manggung?” Kamu artis?”
”Oh belum, eh bukan maksudnya..
”Trus maxudnya?” Ah gak ngerti...
”Aku punya band”
”Ohh kamu punya band!, bawain lagu apa? Pasti Smashing Pumpkins, di mana manggungnya?” ”aku boleh nonton?”
Hmmm mulai deh cerewet...
”Ya aku punya band, bener aku bawain lagu Smashing Pumpkins, di Poster, boleh ..boleh dateng kok”
”wah jabawannya panjang yah?” heheheheh...
Tertawanya renyah sekali
”uhmm...uhmmm”
”Jadi maksud kamu nelpon aku cuma nanya itu?” heheheheh
Hmm mulai lagi tawa renyah itu berbunyi, seperti drum yang menghempar dadaku..ugh sesak...
”Hey kok ditanyain diem aja sih?”
”Oh enggak, heheheheh”
Seperti mencari sebuah alamat, kedua manusia ini berputar – putar mencari jalan. Entah apa yang membuat mereka tetap bertahan memegang gagang telepon walau detik terus mengejar menit dan menit membulat menjadi jam.
“Fray!!!!” Jangan lama – lama teleponnya!”
“Iya Ma, bentar”
Hembusan nafas yang membentuk suara berkali – kali, telah membuat gagang telepon panas. Tetapi dua manusia ini seperti ditelan dimensi waktu. Entah di mana mereka sekarang berada. Di langit ketujukah? Seperti keinginan imaji Fray?
Tiba – tiba fray dikagetkan dengan suara kakak perempuannya
”Fray!!” Lama banget sih telponnya, udah dua jam tau!!! Udahan telponnya, aku mau pakai!”
”Yans, sorry ...kakakku mau pakai telepon”
”oh kamu punya kakak? Kirain kamu anak pertama”
”Bukan aku anak ke empat.....
Percakapan antara Yans dan Fray bergulir kembali.
”Fray, udahan!!!!!
”Oh sorry mbak..iya iya ini udah mau udahan”
”Yans udahan yah....nanti kita sambung lagi”
”Hmm oke deh” Thanks Fray..
“Bye Yans”
“Bye Fray”
Tujuh tahun kemudian.
“Yans aku mau menikah”
“Oh….”
Yans hanya terdiam memandang Fray.
Perempuan ini dulu ia anggap sebagai perempuan sedikit gila, penuh dengan imaji liar dan pemimpi. Dipandanginya lekat – lekat.
Yans tak kuasa berbicara. Ia hanya mampu berbicara dengan hatinya, yang mungkin
Aku tak bisa menahan langkahnya, aku juga tak tahu apakah aku akan kehilangan dia. Waktu memang tak bisa berhenti, walau sebentar. Tapi saat ini pikiran Yans melayang ke lima tahun yang lalu.
Di sudut kantin kampus, di tengah – tengah riuh mahasiswa, Fray dengan wajah penuh ketakutan dan tegang mencermati setiap kemarahan yang terlontar lewat kata – kata Yans.
”Kamu gak berhak mencampuri urusanku” Bentak Yans.
”Lho aku gak bermaksud begitu!” Mamamu yang menelpon aku dan bertanya tentang kamu!” Ya aku jawab aja sebenar- benarnya. Toh semuanya demi kebaikan kamu! Berdamailah dengan mamamu Yan”
”. Aku gak perlu siapa – siapa untuk membuat hidupku lebih baik !Buat apa sih kamu melakukan ini semua?”
”Ya karena aku sayang sama kamu...”
”Tapi kamu gak berhak mencampuri..........” Tiba – tiba Yans berhenti berbicara. Dia tiba – tiba terhenyak dengan apa yang baru saja didengarnya.
”Apa?” Kamu sayang sama aku” Tanya Yans, masih dengan nada tinggi.
Dengan takut – takut Fray menjawab ” Iya”
Yans memandang perempuan yang sudah menjadi bayangannya – benar – benar seperti bayangannya- selama hampir 2 tahun. Fray yang selalu menjadi ruang ekspersi perasaan – perasaan halus dari perasaan – perasaan takutnya. Menjadi sebuah imaji yang tidak mungkin teraih. Fray seperti bukan kekasihnya, tapi bahagia dan sedih Yans yang tahu hanya Fray.
belum selesai...
`kruger`
dedicated to my Smashing Pumpkins Cover Vocal (so vague huh? ..sengaja!!!)
Di sebuah koridor, lelaki berambut merah melangkahkan kakinya dengan ragu – ragu. “Apakah ini pilihanku?” ia bertanya dalam hati. Pandangannya menebar ke segala penjuru koridor. Tampak tiga perempuan bercakap – cakap dengan seru. Tiga perempuan. Satu berambut pendek, satu berambut sebahu dan yang satunya hampir sebahu rambutnya
Dengan perasaan gundah, ia duduk dekat tiga perempuan itu.
”Hai, kamu anak baru yah?” tanya si rambut pendek
”oh enggak juga, saya cuma gak ikut briefing” jawab si rambut merah
”Bukunya bagus!” ucap si rambut sebahu sambil meraih buku di genggaman rambut merah.
”Hmm terima kasih...” rambut merah
”Suka Smashing Pumpkins?” tanya si rambut pendek.
”Ya, tahu” jawab rambut merah.
Hmm perempuan ini tidak tahu kalau aku adalah vokalis dari band yang selalu membawakan lagu – lagu dahsyat dari Smashing Pumpkins” rambut merah membatin dalam hati.
”Tau lagunya 1979?” Keren yah video klipnya?” lontar si rambut pendek sambil meraih buku rambut merah dari si rambut sebahu.
”Eh nama kamu siapa?” tanya si rambut pendek.
”Yans...” jawab si rambut merah. Wah ternyata si rambut pendek cerewet juga yah.
Tanpa ditanya si rambut pendek berkata ”Namaku Fray”
Ooh.....si rambut merah hanya menanggapi dengan singkat.
KRINGGGGGGG
”Yah bunyi bel!” Yuk masuk kelas yuk” ajak si rambut pendek. Kedua perempuan yang lainnya mengikuti Fray. Mereka berlarian seperti seperti nyiur yang tertiup angin kencang. Yans masih duduk di bangku koridor memasukkan bukunya ke dalam tas.
Sementara kedua temannya berlari, Fray tiba – tiba berhenti dan berteriak, ”Yansss ayo masuk kelas”
”Ya ..ya ..” Yans berlari mengejar Fray.
Fray memandang Yans yang sudah berada di sampingnya. Mata mereka berdua tertumbuk satu sama lainnya. Fray lalu membuang pandangan matanya. Tanpa kata mereka berjalan beriringinan memasuki kelas.
Fray dan Yans duduk berdampingan. Sesekali mata fray melirik Yans dan lalu membuang pandangan saat Yans membalas pandangannya. Entah apa yang dipikirkan Fray.
Dosen mulai membuka kuliah.
Yans mulai gelisah. Beberapakali ia memandang jendela.
Suara dosen lambat laun terasa seperti suara bising, tak terdengar jelas. Ruangan kelas seperti tiba – tiba mengecil, seakan – akan menghimpit
Yans akhirnya menunduk.
”Hey, kamu diabsen tuh, kok diem aja sih? Fray menyikut Yans
”Oh..ya...ugh..ya ada”
Suara tawa pecah di kelas, seiring jawaban terlontar dari Yans.
”Kamu melamun yah?” hardik Dosen
”Enggak pak..maaf, tadi saya lagi baca”
”Baca apa kamu?” Memangnya sudah mulai disuruh baca?”
Yans hanya bengong, tidak menjawab apa – apa selain bertanya dalam hati. ”Apakah ini pilihanku?...
Sore Hari Sabtu. Fray berbaring di kasur. Tanggannya mulai lincah menggambarkan sejuta imaji di pikirannya. Ditemani lagu The Doors.
Seperti biasa Fray melakukan pembicaraan satu arah dengan dirinya.
Hmmm..sepi sekali hari ini. Aku hanya ditemani suara mister Jim dan pinsil – pinsil berwarna perantara imajiku. Aku ingin menari di langit ke tujuh.Imaji Fray mulai menari – nari. Fray mulai membayangkan apa yang akan dilakukannya di langit ke tujuh.
”Fray..........Fray.........Fray” Suara kencang dari bawah tangga membuyarkan imaji Fray.
”Ya Ma...”
”Ada Telepon!”
”Siapa Ma”
”Yans”
”Yans?....apa???? Yans?” Dengan perasaan tak percaya, Fray menuruni anak tangga satu persatu.
”Hallo...”
”Hai Fray”
”Hai...ini Yans?”
“Iya”
“Ya, ada apa Yans? Fray mulai menyenderkan kepalanya ke bangku. Dadanya berdegup kencang. Entah karena apa. Mungkin karena tadi jantungnya diajak berlari menuruni tangga. Atau mungkin....
”Enggak ada apa – apa”
”Maksudnya?”
”ehmmm..Eh kapan sih acara mampras di Puncak”
”Oh itu, tanggal 29 September, kamu ikut kan?”
”Hmm gak tau yah, aku kayaknya manggung”
”Manggung?” Kamu artis?”
”Oh belum, eh bukan maksudnya..
”Trus maxudnya?” Ah gak ngerti...
”Aku punya band”
”Ohh kamu punya band!, bawain lagu apa? Pasti Smashing Pumpkins, di mana manggungnya?” ”aku boleh nonton?”
Hmmm mulai deh cerewet...
”Ya aku punya band, bener aku bawain lagu Smashing Pumpkins, di Poster, boleh ..boleh dateng kok”
”wah jabawannya panjang yah?” heheheheh...
Tertawanya renyah sekali
”uhmm...uhmmm”
”Jadi maksud kamu nelpon aku cuma nanya itu?” heheheheh
Hmm mulai lagi tawa renyah itu berbunyi, seperti drum yang menghempar dadaku..ugh sesak...
”Hey kok ditanyain diem aja sih?”
”Oh enggak, heheheheh”
Seperti mencari sebuah alamat, kedua manusia ini berputar – putar mencari jalan. Entah apa yang membuat mereka tetap bertahan memegang gagang telepon walau detik terus mengejar menit dan menit membulat menjadi jam.
“Fray!!!!” Jangan lama – lama teleponnya!”
“Iya Ma, bentar”
Hembusan nafas yang membentuk suara berkali – kali, telah membuat gagang telepon panas. Tetapi dua manusia ini seperti ditelan dimensi waktu. Entah di mana mereka sekarang berada. Di langit ketujukah? Seperti keinginan imaji Fray?
Tiba – tiba fray dikagetkan dengan suara kakak perempuannya
”Fray!!” Lama banget sih telponnya, udah dua jam tau!!! Udahan telponnya, aku mau pakai!”
”Yans, sorry ...kakakku mau pakai telepon”
”oh kamu punya kakak? Kirain kamu anak pertama”
”Bukan aku anak ke empat.....
Percakapan antara Yans dan Fray bergulir kembali.
”Fray, udahan!!!!!
”Oh sorry mbak..iya iya ini udah mau udahan”
”Yans udahan yah....nanti kita sambung lagi”
”Hmm oke deh” Thanks Fray..
“Bye Yans”
“Bye Fray”
Tujuh tahun kemudian.
“Yans aku mau menikah”
“Oh….”
Yans hanya terdiam memandang Fray.
Perempuan ini dulu ia anggap sebagai perempuan sedikit gila, penuh dengan imaji liar dan pemimpi. Dipandanginya lekat – lekat.
Yans tak kuasa berbicara. Ia hanya mampu berbicara dengan hatinya, yang mungkin
Aku tak bisa menahan langkahnya, aku juga tak tahu apakah aku akan kehilangan dia. Waktu memang tak bisa berhenti, walau sebentar. Tapi saat ini pikiran Yans melayang ke lima tahun yang lalu.
Di sudut kantin kampus, di tengah – tengah riuh mahasiswa, Fray dengan wajah penuh ketakutan dan tegang mencermati setiap kemarahan yang terlontar lewat kata – kata Yans.
”Kamu gak berhak mencampuri urusanku” Bentak Yans.
”Lho aku gak bermaksud begitu!” Mamamu yang menelpon aku dan bertanya tentang kamu!” Ya aku jawab aja sebenar- benarnya. Toh semuanya demi kebaikan kamu! Berdamailah dengan mamamu Yan”
”. Aku gak perlu siapa – siapa untuk membuat hidupku lebih baik !Buat apa sih kamu melakukan ini semua?”
”Ya karena aku sayang sama kamu...”
”Tapi kamu gak berhak mencampuri..........” Tiba – tiba Yans berhenti berbicara. Dia tiba – tiba terhenyak dengan apa yang baru saja didengarnya.
”Apa?” Kamu sayang sama aku” Tanya Yans, masih dengan nada tinggi.
Dengan takut – takut Fray menjawab ” Iya”
Yans memandang perempuan yang sudah menjadi bayangannya – benar – benar seperti bayangannya- selama hampir 2 tahun. Fray yang selalu menjadi ruang ekspersi perasaan – perasaan halus dari perasaan – perasaan takutnya. Menjadi sebuah imaji yang tidak mungkin teraih. Fray seperti bukan kekasihnya, tapi bahagia dan sedih Yans yang tahu hanya Fray.
belum selesai...
`kruger`
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home