The Ballad of Seven Heaventh People - Apakah ini sebuah pertanda?
Hari ini Ma Machi harus menahan lapar dan menahan nafsu. Untuk itu di saat embun pagi membasahi bumi, ia harus mengisi setiap ruang di lambungnya dengan karbohidrat dan protein serta tentu saja oksigen yang terkandung dalam air. Sambil mengunyah, pikirannya melompat - lompat ke berbagai rententan peristiwa. "Aduh!!!" bibir Ma Machi tergigit oleh giginya sendiri..
"Pertanda apa ini?" batin Ma Machi dalam hati.
Tiba - tiba kelopak mata kiri Ma Machi berdenyut cepat.
"Hmmm, Pertanda apa ini?" kembali Ma Machi membatin dalam hati.
Tiba - tiba ada dorongan kuat untuk mencari Jungle boy. Sambil ditengoknya waktu, Ma Machi bergumam, "Hmm, Jungle Boy pasti sudah memulai hari di bawah terik panas mentari"
"Selamat pagi, how's your day?"
Tak ada balasan dari Jungle Boy..
Dipencetnya tuts mesin komunikasi.
"Hallo" Sapa Ma Machi riang
"hallo" Suara di seberang sana terdengar parau..
"Wah baru bangun yah?"
"Hmm, Ma Machi semalam kita bicara hingga larut malam, badanku kurang kenyang tidur.., dan sekarang kau bangunkan aku di pagi hari"
"Hmm, baiklah Jungle Boy, basuhlah wajahmu terlebih dahulu, setelah itu kirimkan aku pesan - pesan indahmu"
"oh..baiklah.."
Ma Machi melanjutkan makan.
Menyikat gigi.
Berbincang dengan Sang Khalik.
Merebahkan badan.
Mencoba membayangkan wajah Jungle Boy.
Kali ini matanya benar - benar rapat dan jiwanya untuk sementara mengembara.
Pergi ke pulau kapuk.
Sementara itu, Jungle boy sudah cukup segar untuk bercinta dengan Ma Machi.
Dipencetnya tuts mesin komunikasi.
Tidak ada jawaban.
"Ma Machi...di mana kau?"
Dipencetnya sekali lagi.
Ma Machi terbangun.
"Ma Machi, kau ini!!" Keterlaluan sekali!!", "Kau bangunkan aku, tapi kau tinggalkan aku sekarang"
"Jungle boy sayang, maaf aku terlelap sebentar saat membayangkan wajahmu" Kini aku sudah sedikit segar, mari bercinta"
Rentetan kata - kata manis, mimpi - mimpi yang membuai keduanya, terlempar di ruang cinta dan sayang milik Ma Machi dan Jungle boy.
Di sela - sela percakapan, Ma Machi membentangkan sebuah kertas pemuat warta sedunia. Dilihatnya sebuah warta tentang mesin komunikasi.
"Jungle boy!", Ada mesin komunikasi baru!, Aku rasa kau perlu mengganti punyamu"
"Wah bagus itu, aku rasa aku perlu yang seperti itu!, "Akan kuabadikan banyak hal yang terindah di dunia ini, termasuk kamu Ma Machi..."
Seselesai Jungle boy berucap, Ma Machi terbang ke langit ke tujuh (seperti biasa!).
Tapi seperti di sambar petir, Jungle boy berucap kemudian...
"Belikan aku Ma Machi!", "Kau bekerja kan untuk menyenangkan aku!"
Sambil tersenyum atau mungkin tertawa kecil, Jungle boy melemparkan kalimat itu.
Ma Machi terhenyak. "Jungle boy..apa maksudmu?" "Aku seperti tidak mengenal engkau.."
"Apa maksudmu mengatakan seperti itu?" "Aku bukan anak dari saudagar kaya, kau tahu itu..."
"Oh Ma Machi, aku tidak bersungguh - sungguh mengatakannya"
"Kaupun pernah bergurau tentang hal yang sama!"
"Tidak mungkin!!!" pekik Ma Machi..
"Sepertinya kau sama saja dengan lelaki bangsat yang pernah hadir dalam hidupku!"
"Ma Machi, hentikan semua ucapanmu!!"
"Katamu kau sangat mengenalku!, "Namun mengapa kau berpikir seperti itu!", "Aku punya harga diri, Ma Machi!!..."Aku bukan bangsat yang pernah kau kenal!"
Kata dilawan dengan kata
Dua anak manusia bergumul dengan ego dan emosi
Karena takut, cinta dan sayang milik mereka pelan - pelan beranjak dari mereka
Ma Machi kemudian tersadar.
Tapi sudah terlambat, hati Jungle boy sudah terkoyak.
Entahlah, apa mungkin hati itu bisa terajut kembali
Butuh beribu - ribu benang pengertian dan kemafhuman untuk memulihkan koyak di hati Jungle boy.
Jungle boy menatap hari dengan kesal.
Di ambilnya kotak musik.Bernyanyilah Jungle boy di hadapan laut luas dan langit biru.
Ma Machi berusaha mencari Jungle boy
Jungle boy tidak ingin ditemukan.
Jungle boy sedih.
Ma Machi juga sedih.
Uang dan uang.
Seperti bakteri, bisa jadi kawan atau mungkin lawan.
Seperti jarum, kecil namun penuh kuasa.
Di sudut kerinduan Ma Machi akan Jungle boy.
Ditatapnya langit jingga.
Benak Ma Machi berkelana. Menggumam pada burung - burung yang saling berkejaran menjemput senja.
"Tidakkah ada sedikit pengertian untuk setiap salahku?"
"Aku mungkin mengenalmu Jungle boy, namun aku mungkin pernah salah menilaimu..."
"Aku tidak mungkin sampai sejauh ini berjalan menemani setiap bayangmu bila aku tidak yakin akan hadirmu di detik - detik dalam menit - menit hidupku kemarin, sekarang ataupun nanti"
"Pandanglah bulan, kau sering bilang bahwa bulan adalah penunjukmu"
"Malam ini akan kucoba untuk berbicara dengan bulan"
Bibir Ma Machi kelu. Matanya sembab.
Terdiam, tiba - tiba Ma Machi teringat, tadi bibirnya tergigit dan kelopak mata kirinya berdenyut kencang.
Apakah ini sebuah pertanda?
Semoga tidak...
Aku masih ingin bersamamu..Jungle boy...
Dedicated to my imaginary jungle boy and of course Ma Machi...
Be good, life's only once...
~ kruger ~
"Pertanda apa ini?" batin Ma Machi dalam hati.
Tiba - tiba kelopak mata kiri Ma Machi berdenyut cepat.
"Hmmm, Pertanda apa ini?" kembali Ma Machi membatin dalam hati.
Tiba - tiba ada dorongan kuat untuk mencari Jungle boy. Sambil ditengoknya waktu, Ma Machi bergumam, "Hmm, Jungle Boy pasti sudah memulai hari di bawah terik panas mentari"
"Selamat pagi, how's your day?"
Tak ada balasan dari Jungle Boy..
Dipencetnya tuts mesin komunikasi.
"Hallo" Sapa Ma Machi riang
"hallo" Suara di seberang sana terdengar parau..
"Wah baru bangun yah?"
"Hmm, Ma Machi semalam kita bicara hingga larut malam, badanku kurang kenyang tidur.., dan sekarang kau bangunkan aku di pagi hari"
"Hmm, baiklah Jungle Boy, basuhlah wajahmu terlebih dahulu, setelah itu kirimkan aku pesan - pesan indahmu"
"oh..baiklah.."
Ma Machi melanjutkan makan.
Menyikat gigi.
Berbincang dengan Sang Khalik.
Merebahkan badan.
Mencoba membayangkan wajah Jungle Boy.
Kali ini matanya benar - benar rapat dan jiwanya untuk sementara mengembara.
Pergi ke pulau kapuk.
Sementara itu, Jungle boy sudah cukup segar untuk bercinta dengan Ma Machi.
Dipencetnya tuts mesin komunikasi.
Tidak ada jawaban.
"Ma Machi...di mana kau?"
Dipencetnya sekali lagi.
Ma Machi terbangun.
"Ma Machi, kau ini!!" Keterlaluan sekali!!", "Kau bangunkan aku, tapi kau tinggalkan aku sekarang"
"Jungle boy sayang, maaf aku terlelap sebentar saat membayangkan wajahmu" Kini aku sudah sedikit segar, mari bercinta"
Rentetan kata - kata manis, mimpi - mimpi yang membuai keduanya, terlempar di ruang cinta dan sayang milik Ma Machi dan Jungle boy.
Di sela - sela percakapan, Ma Machi membentangkan sebuah kertas pemuat warta sedunia. Dilihatnya sebuah warta tentang mesin komunikasi.
"Jungle boy!", Ada mesin komunikasi baru!, Aku rasa kau perlu mengganti punyamu"
"Wah bagus itu, aku rasa aku perlu yang seperti itu!, "Akan kuabadikan banyak hal yang terindah di dunia ini, termasuk kamu Ma Machi..."
Seselesai Jungle boy berucap, Ma Machi terbang ke langit ke tujuh (seperti biasa!).
Tapi seperti di sambar petir, Jungle boy berucap kemudian...
"Belikan aku Ma Machi!", "Kau bekerja kan untuk menyenangkan aku!"
Sambil tersenyum atau mungkin tertawa kecil, Jungle boy melemparkan kalimat itu.
Ma Machi terhenyak. "Jungle boy..apa maksudmu?" "Aku seperti tidak mengenal engkau.."
"Apa maksudmu mengatakan seperti itu?" "Aku bukan anak dari saudagar kaya, kau tahu itu..."
"Oh Ma Machi, aku tidak bersungguh - sungguh mengatakannya"
"Kaupun pernah bergurau tentang hal yang sama!"
"Tidak mungkin!!!" pekik Ma Machi..
"Sepertinya kau sama saja dengan lelaki bangsat yang pernah hadir dalam hidupku!"
"Ma Machi, hentikan semua ucapanmu!!"
"Katamu kau sangat mengenalku!, "Namun mengapa kau berpikir seperti itu!", "Aku punya harga diri, Ma Machi!!..."Aku bukan bangsat yang pernah kau kenal!"
Kata dilawan dengan kata
Dua anak manusia bergumul dengan ego dan emosi
Karena takut, cinta dan sayang milik mereka pelan - pelan beranjak dari mereka
Ma Machi kemudian tersadar.
Tapi sudah terlambat, hati Jungle boy sudah terkoyak.
Entahlah, apa mungkin hati itu bisa terajut kembali
Butuh beribu - ribu benang pengertian dan kemafhuman untuk memulihkan koyak di hati Jungle boy.
Jungle boy menatap hari dengan kesal.
Di ambilnya kotak musik.Bernyanyilah Jungle boy di hadapan laut luas dan langit biru.
Ma Machi berusaha mencari Jungle boy
Jungle boy tidak ingin ditemukan.
Jungle boy sedih.
Ma Machi juga sedih.
Uang dan uang.
Seperti bakteri, bisa jadi kawan atau mungkin lawan.
Seperti jarum, kecil namun penuh kuasa.
Di sudut kerinduan Ma Machi akan Jungle boy.
Ditatapnya langit jingga.
Benak Ma Machi berkelana. Menggumam pada burung - burung yang saling berkejaran menjemput senja.
"Tidakkah ada sedikit pengertian untuk setiap salahku?"
"Aku mungkin mengenalmu Jungle boy, namun aku mungkin pernah salah menilaimu..."
"Aku tidak mungkin sampai sejauh ini berjalan menemani setiap bayangmu bila aku tidak yakin akan hadirmu di detik - detik dalam menit - menit hidupku kemarin, sekarang ataupun nanti"
"Pandanglah bulan, kau sering bilang bahwa bulan adalah penunjukmu"
"Malam ini akan kucoba untuk berbicara dengan bulan"
Bibir Ma Machi kelu. Matanya sembab.
Terdiam, tiba - tiba Ma Machi teringat, tadi bibirnya tergigit dan kelopak mata kirinya berdenyut kencang.
Apakah ini sebuah pertanda?
Semoga tidak...
Aku masih ingin bersamamu..Jungle boy...
Dedicated to my imaginary jungle boy and of course Ma Machi...
Be good, life's only once...
~ kruger ~
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home